KumpuLan berbagai Asuhan Keperawatan

WeLcome to my bLog.
Semoga blog yan berisi asuhan-asuhan keperawatan dengan berbagai masalah ini, dapat membantu dan bermanfaat bagi teman-teman sekalian...

Comment yang membangun saya nantikan dari para pembaca, demi kebaikan posting-posting asuhan keperawatan ke depan...

Terima kasih, GBUs...

KumpuLan berbagai Asuhan Keperawatan

WeLcome to my bLog.
Semoga blog yan berisi asuhan-asuhan keperawatan dengan berbagai masalah ini, dapat membantu dan bermanfaat bagi teman-teman sekalian...

Comment yang membangun saya nantikan dari para pembaca, demi kebaikan posting-posting asuhan keperawatan ke depan...

Terima kasih, GBUs...

Sabtu, 05 Maret 2011

Asuhan Keperawatan Retardasi Mental

A.PENGERTIAN
a. Kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO)
b. Suatu keadaan yang ditandai dengan fs. Intelektual berada dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991)
c. American Association on Mental Retardation (AAMR) 1992 :
Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sebelum 18 tahun) ditandai dengan fs. kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain pada sedikitnya dua area berikut : berbicara dan berbahasa; ketrampilan merawat diri, ADL; ketrampilan sosial; penggunaan sarana masyarakat; kesehatan dan keamanan; akademik fungsional; bekerja dan rileks.
Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental.
Retardasi mental bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya.
B.ETIOLOGI
Penyebab kelainan mental ini adalah faktor keturunan (genetik) atau tak jelas sebabnya (simpleks).keduanya disebut retardasi mental primer. Sedangkan faktor sekunder disebabkan oleh faktor luar yang berpengaruh terhadap otak bayi dalam kandungan atau anak-anak.
Retardasi mental menurut penyebabnya, yaitu :

a. Akibat infeksi dan intoksikasi.
Dalam Kelompok ini termasuk keadaan retardasi mental karena kerusakan jaringan otak akibat infeksi intrakranial, karena serum, obat atau zat toksik lainnya.
b. Akibat rudapaksa dan sebab fisik lain.
Rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain, seperti sinar x, bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan dengan retardasi mental. Rudapaksa sesudah lahir tidak begitu sering mengakibatkan retardasi mental.
c. Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi.
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolime lemak, karbohidrat dan protein), pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok ini.
Ternyata gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama sebelum umur 4 tahun sangat memepngaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan dapat diperbaiki dengan memperbaiki gizi sebelum umur 6 tahun, sesudah ini biarpun anak itu dibanjiri dengan makanan bergizi, intelegensi yang rendah itu sudah sukar ditingkatkan.
d. Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal).
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat neoplasma (tidak termasuk pertumbuhan sekunder karena rudapaksa atau peradangan) dan beberapa reaksi sel-sel optak yang nyata, tetapi yang belum diketahui betul etiologinya (diduga herediter). Reaksi sel-sel otak ini dapat bersifat degeneratif, infiltratif, radang, proliferatif, sklerotik atau reparatif.
e. Akibat penyakit/pengaruh pranatal yang tidak jelas.
Keadaan ini diketahui sudah ada sejak sebelum lahir, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomali kranial primer dan defek kogenital yang tidak diketahui sebabnya.
f. Akibat kelainan kromosom.
Kelainan kromosom mungkin terdapat dalam jumlah atau dalam bentuknya.
g. Akibat prematuritas.
Kelompok ini termasuk retardasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa hamil kurang dari 38 minggu serta tidak terdapat sebab-sebab lain seperti dalam sub kategori sebelum ini.
h. Akibat gangguan jiwa yang berat.
Untuk membuat diagnosa ini harus jelas telah terjadi gangguan jiwa yang berat itu dan tidak terdapat tanda-tanda patologi otak.
i. Akibat deprivasi psikososial.
Retardasi mental dapat disebabkan oleh fakor-faktor biomedik maupun sosiobudaya.
j. Faktor prekonsepsi
kelainan kromosom (trisomi 21/Down syndrom)
k. Faktor perinatal
prematuritas, perdarahan intrakranial, asphyxia neonatorum.
l. Faktor postnatal
infeksi, trauma, gangguan metabolik/hipoglikemia, malnutrisi

C.KLASIFIKASI
A. Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun)
Karakteristik :
a. Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, ttp terlambat dalam kemampuan berjalan, bicara , makan sendiri, dll
b. Usia sekolah, dpt melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik dg pdd khusus, diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.
c. Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan menikah tdk dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tdk berpengaruh kecuali koordinasi.
B. Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 - 55; umur mental 3 - 7 tahun)
Karakteristik :
a. Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik, terutama bicara, respon saat belajar dan perawatan diri.
b. Usia sekolah, dpt mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan, perilaku aman, serta ketrampilan mulai sederhana, Tdk ada kemampuan membaca dan berhitung.
c. Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dlm rekreasi, dpt melakukan perjalanan sendiri ke tempat yg dikenal, tdk bisa membiayai sendiri.
C. Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)
Karakteristik :
a. Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam perawatan diri tingkat dasar spt makan.
b. Usia sekolah, gangguan spesifik dlm kemampuan berjalan, memahami sejumlah komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.
c. Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan berkelanjutan dan protektif lingkungan, kemampuan bicara minimal, meggunakan gerak tubuh.
D. Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)
Karakteristik :
a. Usia prasekolah retardasi mencolok, fs. Sensorimotor minimal, butuh perawatan total.
b. Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan, memperlihatkan respon emosional dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang. Butuh pengawas pribadi. Usia mental bayi muda.
c. Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya diikuti dengan kelainan fisik.
KLASIFIKASI MENURUT PAGE :
A. Idiot (IQ dibawah 20; umur mental dibawah 3 tahun)
B. Imbisil (IQ antara 20-50, umur mental 3-7,5 tahun)
C. Moron ( IQ 50-70, umur mental 7,5-10,5 tahun)

D.PATOFISIOLOGI
Retardasi mental adalah sekelompok gangguan SSP: disfungsi terlokalisir terutama struktur kortikal termasuk, hipotalamus, dan korteks temporal medial. Kebanyakan individu dengan gangguan kognitif yang signifikan tidak memiliki kelainan struktur dilihat dari otak. Malformasi SSP, yang berkorelasi visual dari gangguan, didiagnosis hanya 10-15% kasus,sedangakan kelainan yang paling umum terdiri dari cacat saraf.
Beberapa sindrom yang abnoramal dengan kelainan terbatas pada sistem organ nonneurologic mungkin berada di dalam 5% dari semua pasien dengan retardasi mental. Antara 3% dan 7% dari kasus dapat berhubungan dengan beragam kesalahan metabolisme bawaan. Paparan alkohol didalam rahim dapat menjelaskan sebanyak 8% mereka terkena retardasi mental ringan.
Kebanyakan individu dengan retardasi mental ringan bebas dari komplikasi neurologis dan malformasi SSP. Hal ini mungkin juga disebabkan status keluarga,status ekonomi,IQ rendah.

E.MANIFESTASI KLINIK
a. Ggn. Kognitif
b. Lambatnya ketrampilan dan bahasa
c. Gagal melewati tahap perkembangan utama
d. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
e. Kemungkinan tonus otot abnormal
f. Terlambatnya perkembangan motorik halus dan kasar


F.PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
a. Uji inteligensi standar ( Stanford Binet; Weschler; Bayley Scales of Infant Development, dll)
b. Uji perkembangan seperti Denver II
c. Pengukuran Fs. Adaptif (Vineland Adaptif Behavior Scales; School editin of the adaptive Behavior Scale.)

G.PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan kromosom
b. Pemeriksaan urin, serum atau virus
c. Test diagnostik spt : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan.

H.PENATALAKSANAAN MEDIK
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
a. Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri
b. Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan hyperaktif.
c. Antidepresan ( imipramin (Tofranil)
d. Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
Pencegahan :
e. Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan
f. Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang hidup dalam kemiskinan dalam hal ini ;
- perawatan prenatal
– pengawasan kesehatan reguler
– pelayanan dukungan keluarga
I. KOMPLIKASI
a. Serebral palcy
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
J. INSIDEN
Retardasi mental adalah suatu bentuk kecacatan dimana fungsi intelektual dibawah normal (IQ dibawah 70), keterbatasan signifikan dalam dua atau lebih perilaku adaptif sosial dan keadaannya terlihat sejak kecil yaitu dibawah usia 18 tahun. Kerusakan otak bersifat ireversibel, tetapi terjadinya retardasi mental dapat dicegah. Salah satu faktor penyebab retardasi mental yang dapat dicegah adalah faktor postnatal, yaitu kelainan pascalahir yang dapat menyebabkan gangguan terhadap perkembangan seorang anak pada saat yang dekat dengan waktu kelahiran ataupun sesudahnya, yaitu dimana sel otak sedang berkembang.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional yang digunakan untuk memperoleh data yang bersifat kuantitatif. Variabel yang diteliti meliputi karakteristik anak retardasi mental postnatal, trauma berat pada kepala, penyakit infeksi, kejang demam, anoksia dan gangguan gizi kurang. Penelitian dilakukan di SLB Santi Kosala Mastrip Nganjuk pada bulan Oktober 2008 sampai Juli 2009. Subjek penelitian merupakan total populasi yaitu seluruh anak retardasi mental yang disebabkan oleh faktor postnatal, yaitu sebesar 23 anak. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menyajikan data dalam bentuk tabel frekuensi dan narasi berdasarkan karakteristik subjek penelitian dan variabel penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan dari 23 anak retardasi mental postnatal terdapat 12 anak (52,2%) yang pernah mengalami trauma kepala, 9 anak (39,1%) pernah menderita penyakit infeksi, 11 anak (47,8%) yang mempunyai riwayat kejang demam, 14 anak (60,9%) pernah menderita gangguan gizi kurang. Riwayat anoksia tidak pernah dialami oleh anak retardasi mental postnatal di SLB tersebut.
Saran yang bisa diberikan yaitu penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel lain penyebab retardasi mental pada anak, sehingga didapat penelitian yang lebih baik. Peningkatan pengawasan dan pemantauan terhadap tumbuh kembang anak serta peningkatan pengetahuan terhadap penanganan secara cepat dan tepat sehingga kemungkinan terburuk dapat diminimalkan. Komunikasi antar orang tua murid dan pihak sekolah perlu dibina untuk mengetahui perkembangan anak.
ASUHAN KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja
Pemeriksaan fisik :
1. Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
2. Rambut : rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat berubah
3. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus
4. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke atas, dll
5. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi
Geligi : odontogenesis yang tdk normal
a. Telinga : keduanya letak rendah
b. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
c. Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
d. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
e. Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit.
f. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun,
g. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk

B.DIAGNOSA
a. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d kerusakan fungsi kognitif
b. Perubahan proses keluarga b.d mempunyai anak yang menderita retardasi mental
c. Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan adaptasi social

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
a. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d kerusakan fungsi kognitif
HYD: Anak mampu mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
Intervensi :
1. Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular
R/rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan
2. Bantu keluarga menentukan kesiapan anak untuk mempelajari tugas-tugas khusus
R/karena kesiapan anak tidak mudah untuk dikenali
3. Bantu keluarga menyusun tujuan yang realistis untuk anak
R/mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri
4. Berikan penguatan positif atas tugas-tugas khusus atau perilaku anak
R/karena hal ini dapat memeprbaiki motivasi dan pembelajaran
5. Dorong untuk mempelajari keterampilan perawatan diri segera setelah anak mencapai kesiapan
R/untuk memfasilitasi perkembangan yang optimal
6. Kolaborasi dengan psikolog
R/ bantu dalam identifikasi cara untuk meningkatkan kemandirian. Pasien akan memerlukan bantuan lanjut untuk mengatasi masalah emosi.

b. Perubahan proses keluarga b.d mempunyai anak yang menderita retardasi mental
HYD: pasien (keluarga) mendapat dukungan yang adekuat.
Intervensi:
1. Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau setelah kelahiran.
R/ keluarga dapat mencurigai adanya masalah dan mungkin memerlukan dukungan yang segera.
2. Ajak kedua orang tua untuk hadir pada konferensi pemberian informasi.
R/ agar orang tua yang satu tidak harus mengulangi informasi yang kompleks tersebut ke orang tua yang lain.
3. Tekankan karakteristik normal anak
R/ untuk membantu keluarga melihat anak sebagai individu dengan kekuatan serta kelemahannya masing-masing.
4. Dorong anggota keluarga untuk mengeskpresikan perasaan dan kekhawatirannya
R/ hal ini merupakan bagian dari proses adaptasi.
5. Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai masalah yang sama
R/ mereka dapat menerima dukungan tambahan.
6. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan di rumah
R/ dapat memberi kesempatan pada mereka untuk menyelidiki semua alternatif residensial sebelum membuat keputusan.

c. Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan adaptasi social
HYD: anak mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungannya.
Intervensi:
1. Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak
R/ faktor penyebab dapat membantu proses perkembangan mental anak.
2. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil
R/ melatih klien untuk beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya
3. Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
R/ meningkatkan perkembangan interaksi social.
4. Berikan instruksi berulang dan sederhana
R/ ingatan klien masih terbatas sehingga diperlukan pengulangan informasi
5. Dorong anak melakukan perawatan sendiri
R/ meningkatkan kemandirian anak
6. Ciptakan lingkungan yang aman
R/ mendukung perkembangan anak dalam beradaptasi dengan lingkungannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar